Selasa, 01 Oktober 2013

tafsir surah ali imran ayat 14


زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ 







Sesudah Allah SWT menjelaskan pada ayat sebelum ini kekeliruan pandangan orang kafir terhadap harta dan anak-anak serta penyimpangan mereka dari kebenaran maka dalam ayat ini diterangkan segi kesesatan mereka yang disebabkan oleh harta dan anak yang dijadikan tumpuan harapan mereka.

Adalah keliru kalau manusia menjadikan harta dan anak sebagai tujuan hidupnya. Wanita, anak-anak, emas dan perak, kendaraan, binatang peliharaan, dan semua kekayaan adalah menyenangkan dan dipandang baik oleh manusia dan sangat dicintainya. Dia tidak memandang jelek mencintai benda-benda itu, bahkan dia tidak dapat terhindar dari mencintainya. Amat sedikit sekali orang yang memahami keburukan atau bahayanya, sekalipun bukti-bukti cukup jelas dan banyak yang memperlihatkan keburukan dan bahayanya itu. Dia tidak mau lagi surut dari mencintainya. meskipun sudah menderita disebabkan harta benda kesayangannya itu. Kadang-kadang manusia menyukai sesuatu, padahal dia mengetahui sesuatu itu buruk, dan tidak berguna. Siapa yang menyukai sesuatu tetapi ia belum memandungnya baik untuk dirinya, mungkin pada suatu waktu dia dapat melepaskan diri dari padanya. Sesungguhnya Allah menjadikan tabiat manusia cinta kepada harta benda kesenangan itu. Tetapi terserah kepada manusia itu sendiri, sampai di mana ia dapat mempergunakan harta benda itu untuk mengabdi kepada Allah SWT dan mendapatkan keridaan-Nya.

Firman Allah:


Artinya:
Sesungguhnya, Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Q.S Al Kahfi: 7)

Benda-benda kesenangan manusia itu secara terperinci adalah sebagai berikut:

Pertama: Wanita (istri), wanita adalah tumpuan cinta kasih sayang dan kepadanyalah kecenderungan jiwa manusia sebagaimana difirmankan Allah dalam Alquran:

Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya; dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. (Q.S Ar Rum: 21)

Untuk istri dipergunakan sebagian besar hasil usaha kaum lelaki yang diperoleh dengan susah payah. Para lelaki adalah pembimbing yang bertanggung jawab atas kaum wanita, karena lelaki itu memiliki kekuatan dan kemampuan melindungi mereka. Tetapi berlebih-lebihan dalam mencintai wanita mempunyai efek yang kurang baik terhadap bangsa, dan dapat pula mempengaruhi kesimbangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan wanita.

Dalam ayat ini, mencintai wanita (istri) disebutkan lebih dahulu daripada "mencintai anak-anak", walaupun cinta kepada wanita itu dapat luntur, sedang cinta pada anak itu tidak; karena cinta pada anak-anak itu jarang sekali berlebih-lebihan seperti halnya mencintai wanita Dan pada umumnya mencintai anak itu tidak menimbulkan kemusykilan. Dalam masyarakat banyak terjadi seorang laki-laki mengutamakan cinta kepada wanita dengan mengabaikan cinta kepada anak. Seperti laki-laki yang kawin lebih dari satu, dia curahkan cintanya pada istri yang baru, diberinya nafkah yang banyak, sedang istrinya yang tua diabaikan. Dengan demikian anak-anaknya jadi terlantar, karena pendidikannya tidak lagi diperhatikan. Banyak pula anak-anak penguasa dan orang-orang kaya yang rusak akhlaknya karena bapaknya mencintai wanita lain.

Kedua: Anak, baik laki-laki maupun perempuan. Cinta kepada anak adalah fitrah manusia. Sama halnya dengan cinta kepada wanita (istri) karena tujuannya ialah untuk melanjutkan turunan.

Anak sebenarnya adalah hiasan rumah tangga penerus keturunan dan generasi. Tetapi dia dapat berubah menjadi cobaan sebagaimana dinyatakan Allah:

Artinya:
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)
(Q.S At Tagabun: 15)

Ketiga: Harta kekayaan emas dan perak yang melimpah ruah. Berkata Ar-Razi dalam tafsir: "Emas dan perak amat disenangi, karena keduanya adalah alat penilai harga sesuatu. Orang yang memilikinya sama dengan orang yang memiliki segala sesuatu. Memiliki berarti menguasai. Berkuasa adalah salah satu kesempurnaan dan kesempurnaan itu diingini dengan sendirinya. Karena emas dan perak adalah alat yang paling tepat untuk memperoleh kesempurnaan maka ia diingini dan dicintai. Apabila sesuatu yang dicintai tidak dapat diperoleh kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itupun dicintai pula. Maka karena itulah emas dan perak dicintai".

Harta yang melimpah ruah akan menggoda hati manusia serta menyibukkan mereka sepanjang hari untuk mengurusinya. Hal ini sudah barang tentu akan dapat melupakan orang kepada Tuhan dan kehidupan di akhirat. Dalam Alquran Allah menceritakan demikian:


Artinya:
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampun untuk kami ini"
(Q.S Al Fath: 11)

Cinta kepada harta adalah menjadi tabiat manusia, karena harta adalah alat untuk memenuhi keinginan. Keinginan manusia tidak ada batasnya Maka mereka mengejar harta tidak henti-hentinya. Rasalullah saw bersabda:

Artinya:
Sekiranya manusia itu mempunyai dua lembah emas. tentulah ia menginginkan lagi di samping yang dua itu lembah yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut Bani Adam kecuali tanah. Dan Allah mengampuni orang-orang yang bertobat kepada-Nya.
(HR Bukhari dari Ibnu 'Abbas)

Keempat: Kuda ternak yang dipelihara di padang rumput, terutama kuda yang berwarna putih pada bagian dahinya, dan pada kakinya, sehingga nampak sebagai tanda. Bagi bangsa Arab, kuda yang demikian ini adalah kuda yang paling baik dan paling indah. Mereka berlomba-lomba untuk dapat memilikinya. Mereka merasa bangga dengan kuda semacam itu dan kadang-kadang bersaing membelinya dengan harga yang amat tinggi.

Kelima: Binatang-binatang ternak lainnya, seperti sapi, unta, kambing. Binatang-binatang ini termasuk harta kekayaan Arab Badui. Kebutuhan hidup mereka seperti pakaian, makanan alat-alat rumah tangga dan sebagainya, sebagian besar terpenuhi dari hasil binatang-binatang ternak itu. Allah SWT berfirman menerangkan nikmat-Nya ini:

Artinya:
"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan kamu makan (apa yang dapat dimakan) dari padanya. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskan ke tempat penggembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi yang Maha Penyayang. Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahui"
(Q.S An Nahl: 5-6)

Keenam: Sawah ladang adalah sumber kehidupan manusia dan hewan. Kebutuhan manusia kepada sawah ladang melebihi kebutuhan mereka kepada harta lainnya yang disenangi seperti benda-benda kesenangan yang disebutkan.

Demikian itulah keenam macam harta yang disenangi manusia dalam dunia ini, dan merupakan alat kelengkapan bagi hidup mereka, dan yang memenuhi segala kebutuhan dan keinginan mereka. Manusia memandang baik mencintai harta benda tersebut. Tetapi hendaknya manusia menyadari bahwa semua harta benda itu hanya untuk kehidupan duniawi yang tidak kekal. Tak patutlah kiranya harta benda untuk dijadikan manusia sebagai cita-cita dan tujuan terakhir dari kehidupan di dunia yang fana ini, sehingga dia terhalang untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan yang sebenamya, yaitu kehidupan di akhirat yang abadi. Bukankah di sisi Allah ada tempat kembali yang baik (surga)? Dan alangkah bahagianya manusia, sekiranya dia mempergunakan harta benda itu dalam batas-batas petunjuk Allah SWT.

tafsir surah alhadid ayat 20




بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُور
Artinya : Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

F.     Tafsir dari Surat Al-Hadid ayat 20

1.      Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan tentang hakikat dunia yang sebenarnya, dan menjelaskan tentang puncak tertinggi dari kehidupan dunia beserta penghuninya. Maksud sebenarnya dari ayat ini adalah merendahkan keadaan dunia dan mengagungkan keadaan akhirat. Yaitu Allah berfirman, “..dunia adalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan..“. Tidak diragukan lagi bahwa semua ini adalah perkara yang hina. Adapun akhirat maka di sana ada adzab yang keras yang terus-menerus atau keridhaan Allah yang selamanya dan tidak diragukan lagi bahwa ini adalah sesuatu yang agung.
2.      Ketahuilah bahwa kehiduapn dunia ada hikmahnya dan ada benarnya (tidak semua tercela), karena itulah Allah berbicara dengan malaikat tentang hikmah dunia dan manusia di dunia (lihat QS. Al-Baqarah: 30-32). Jika sekiranya dunia tidak ada hikmahnya dan tidak ada benarnya maka tidak mungkin Allah berfirman seperti itu. Hal ini dikarenakan kehidupan juga merupakan ciptaan Allah sebagaimana dalam QS. Al-Mulk: 2 dan Allah tidak mungkin menciptakan sesuatu yang sia-sia sebagaimana dalam QS. Al-Mukminun: 115. Kehidupan ini adalah suatu nikmat bahkan dia merupakan inti dari semua nikmat sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah: 25. Semua yang telah disebutkan di atas adalah menjadi dalil bahwa kehidupan dunia ini tidak semuanya tercela, artinya, jika orang hanya mengarahkan kehidupan dunia ini tidak menuju ketaatan kepada Allah bahkan taat kepada setan dan mengikuti hawa nafsu, maka itulah yang tercela.
3.      Dunia mempunyai 5 (lima) sifat, yaitu: (a). Laibun (Permainan), yaitu permainan badan dan ini adalah perbuatan akan-anak yang mereka itu menjadikan diri mereka sangat capek dan payah kemudian setelah permainan tersebut selesai tidak ada fiadah yang didapatkan. (b). Lahwun (Sesuatu yang melalaikan/senda gurau), yaitu yang membuat hati lalai dan ini adalah perbuatan orang tua yang kebanyakan setelah perbuatan yang melalaikan itu selesai, maka tidak tersisa kecuali penyesalan, yang demikian itu dikarenakan orang yang berakal setelah melakukan perbuatan yang melalaikan dia melihat bahwa hartanya hilang, umurnya berkurang (pergi) dan kelezatannya habis, sementara nafsu/jiwa semakin rindu dan haus akan hal tersebut, namun nafsu tidak mendapatkannya, sehingga terkumpul dampak buruk dan berkesinambungan (tidak pernah puas). (c). Zinah (Perhiasan), yaitu berhias dalam hal pakaian, makanan, minuman, kendaraan, rumah, istana, kedudukan, dll. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Maknaya adalah bahwasanya oran gkafir sibuk sepanjang hidupnya untuk mencari perhiasan dunia tanpa beramal untuk akhirat.” (d) Saling berbangga di antara kamu terhadap sifat-sifat yang fana’ (tidak abadi) dan pasti hilang, yaitu boleh jadi berbangga-bangga dengan nasab, kekuasaan, kekuatan, bala tentara yang semuanya itu pasti lenyap. Dan saling berbangga di antra kamu yaitu masing-masing dari penduduk dunia ingin membanggakan atas yang lain dan ingin supaya dia menjadi pemenang dalam semua urusannya dan ingin mendapatkan ketenaran (popularitas) dalam semua keadaannya. (e) Berbangga-bangga tentang harta dan anak, yaitu masing-masing menginginkan dia lebih banyak dari yang lainnya dalam hal harta dan anak. Semua ini hanya terjadi pada diri pecinta dunia dan yang merasa damai dengan dunia. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Mengumpulkan harta dalam kemurkaan Allah dan membanggakan harta terhadap wali-wali Allah serta mengeluarkan harta dalam perkara-perkara yang mendatangkan murka Allah maka dia menjadi kegelapan yang bertumpuk-tumpuk.” Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Apabila kamu melihat orang yang mengalahkanmu dalam perkara dunia, maka kalahkan dia dalam hal akhirat.”
4.      Allah memberikan perumpamaan dunia yaitu seperti hujan yang turun ke bumi sehingga menjadikan bui itu subur yang kemudian menumbuhkan tanaman yang segar, hijau, subur dan sangat menarik lagi indah, yang menyebabkan al-kuffar (petani/orang kafir) merasa kagum terhadapnya karena pandangan (obsesi) mereka hanya terbatas pada dunia. Lalu, tiba-tiba datanglah hukum Allah yang menjadikan semua tanaman itu musnah, kering dan hancur, sehingga seakan -akan tidak pernah ada keindahan dan pemandangan yang menarik sebelumnya. Demikianlah hakikat dunia…. Ketika pemiliknya telah berada di puncak keindahan dan kemewahan dunia, apapun yang diinginkan pasti didapatkannya dan semua pintu terbuka untuknya. Tiba-tiba datanglah keputusan Allah yang menjadikan hilan gsemua ang ada di tangannya dan yang dikuasainya. Lalu kedua tangannya menjadi hampa, tidak memiliki dan tidak membawa sedikitpun dari dunia sebagai puncak cita-citanya yang ia berusaha dan berupaya maksimal untuknya. Demikianlah hakikat dunia…. Mula-mula anak kecil lalu tumbuh menjadi remaja, dewasa sampai kemudian menjadi tua renta. Mula-mula kuat lalu menjadi lemah, bahkan tidak mampu banyak bergerak dan tidak kuasa lagi kecuali sedikit saja. Mula-mula penampilannya indah lalu berubah menjadi buruk, sebagaimana dalam QS. Ar-Rum: 54.  Tatkala perumpaan ini menjadi bukti bahwa dunia pasti akan pergi, hilang dan selesai, maka Allah memperingatkan manusia dari dunia dan memberikan motivasi untuk mengejar apa yang lebih baik dari dunia. Maka Allah berfirman, “…tiadalah di akhirat yang sebentar lagi, pasti datang kecuali dari dua hal yaitu adzab yang keras atau ampunan dan ridha dari Allah…” maksudnya keadaan di akhirat tidak terlepas dari dua perkara ini yakni satu, adzab yang keras di neraka jahannam dengan belenggunya, rantainya dan semua kedahsyatannya bagi orang-orang yang menjadikan dunia sebagai cita-cita dan puncak tujuannya sehingga dia berani berbuat maksiat kepada Allah dan mendustakan ayat-ayat Allah serta kufur atas nikmat-nikmat Allah, kedua, ampunan dari Allah terhadap kesalahan-kesalahannya, dihilangkan semua hukuman dan mendapat keridhaan dari Allah. Dia tinggal di dalam surga yagn penuh dengan keridhaan Allah bagi orang yang mengenal hakikat dunia sehingga dia berupaya maksimal untuk memperoleh akhirat. Semua ini mengajak untuk zuhud terhadap dunia dan bertujuan mencari akhirat. Zuhud adalah meninggalkan semua yang tidak ada manfaatnya di akhirat. Oleh karena itu Allah berfirman, “…tidaklah tertipu oleh duni adan tidak merasa damai dengan deunia kecuali orang-orang yang berakal lemah yang kehidupan dunia menjadikan mereka tertipu... Sa’id bin Jubair radhiyallahu’anhu berkata, “Dunia yang dikatakan sebagai kesenangan yang menipu adalah yang membuatmu lalai dari mencari akhirat. Adapun yang tidak membuatmu lalai maka bukanlah kesenagan yang menipu akan tetapi kesenangan yang menyampaikan kepada apa yang lebih baik daripadanya.” Abu Sofwan Ar-Ro’i rahimahullah ditanya seperti apakah dunia yang dicela oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan sepatutnya dijauhi oleh orang yang berakal, beliau menjawab, “Semua yang kamu dapatkan daripada dunia yang tujuanmu adalah dunia juga, maka itulah yang tercela. Dan semua yang kamu dapatkan dari dunia yang tujuanmu untuk akhirat, maka tidak termasuk di dalamnya.”
5.      Imam Ibnu Katsir membawakan hadist Ibnu Abdullah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam, “Sesungguhnya surga itu lebih dekat kepada seorang dari kamu daripada tali sandalnya sendiri. Dan neraka juga seperti itu.” Di dalam hadist ini terdapat dalil atas dekatnya kebaikan dan keburukan dari manusia. Jika perkaranya seperti itu, maka itulah Allah memotivasi supaya bersegera dalam melakukan kebaikan-kebaikan yaitu mengerjakan ketaatan-ketaatan dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan yang menjadikan dosa-dosa dan ketergelinciran di hapus dan mendapatkan ganjaran dan derajat yang tinggi.
6.      Kemudian Allah memerintahkan supaya kita berlomba-lomba untuk mendapatkan ampunan Allah, keridhaan dan surga Allah. Yaitu dengan berupaya dan berusaha melakukan sebab-sebab yang mendatangkan ampunan Allah. Di antara caranya adalah (a) Taubat Nasuha, (b) Istighfar yang bermanfaat, yakni istighfar yang membuat seseorang meninggalkan maksiat. (c) Menjauhi dosa-d0sa dan tempat-tempat yang bisa menjerumuskan ke dalam dosa, (d) Berlomba-lomba untuk mendapatkan ridha Allah, yakni dengan beramal shalih dan berusaha keras untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mendatangkan ridha Allah secara terus-menerus dengan cara berbuat baik dalam beribadah kepada ALlah dan berbuat baik kepada makhluk dengna segala macam bentuk manfaat. Allah menyebutkan amalan-amalan yang dapat mendatangkan itu semuanya, yaitu iman kepada Allah dan Rasul-Nya yang mencakup masalah yang ushul (pokok/prinsip) dan furu’ (cabang).

 

blogger templates 3 columns | Make Money Online