Selasa, 01 Oktober 2013

tafsir surah alhadid ayat 20




بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُور
Artinya : Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

F.     Tafsir dari Surat Al-Hadid ayat 20

1.      Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan tentang hakikat dunia yang sebenarnya, dan menjelaskan tentang puncak tertinggi dari kehidupan dunia beserta penghuninya. Maksud sebenarnya dari ayat ini adalah merendahkan keadaan dunia dan mengagungkan keadaan akhirat. Yaitu Allah berfirman, “..dunia adalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan..“. Tidak diragukan lagi bahwa semua ini adalah perkara yang hina. Adapun akhirat maka di sana ada adzab yang keras yang terus-menerus atau keridhaan Allah yang selamanya dan tidak diragukan lagi bahwa ini adalah sesuatu yang agung.
2.      Ketahuilah bahwa kehiduapn dunia ada hikmahnya dan ada benarnya (tidak semua tercela), karena itulah Allah berbicara dengan malaikat tentang hikmah dunia dan manusia di dunia (lihat QS. Al-Baqarah: 30-32). Jika sekiranya dunia tidak ada hikmahnya dan tidak ada benarnya maka tidak mungkin Allah berfirman seperti itu. Hal ini dikarenakan kehidupan juga merupakan ciptaan Allah sebagaimana dalam QS. Al-Mulk: 2 dan Allah tidak mungkin menciptakan sesuatu yang sia-sia sebagaimana dalam QS. Al-Mukminun: 115. Kehidupan ini adalah suatu nikmat bahkan dia merupakan inti dari semua nikmat sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah: 25. Semua yang telah disebutkan di atas adalah menjadi dalil bahwa kehidupan dunia ini tidak semuanya tercela, artinya, jika orang hanya mengarahkan kehidupan dunia ini tidak menuju ketaatan kepada Allah bahkan taat kepada setan dan mengikuti hawa nafsu, maka itulah yang tercela.
3.      Dunia mempunyai 5 (lima) sifat, yaitu: (a). Laibun (Permainan), yaitu permainan badan dan ini adalah perbuatan akan-anak yang mereka itu menjadikan diri mereka sangat capek dan payah kemudian setelah permainan tersebut selesai tidak ada fiadah yang didapatkan. (b). Lahwun (Sesuatu yang melalaikan/senda gurau), yaitu yang membuat hati lalai dan ini adalah perbuatan orang tua yang kebanyakan setelah perbuatan yang melalaikan itu selesai, maka tidak tersisa kecuali penyesalan, yang demikian itu dikarenakan orang yang berakal setelah melakukan perbuatan yang melalaikan dia melihat bahwa hartanya hilang, umurnya berkurang (pergi) dan kelezatannya habis, sementara nafsu/jiwa semakin rindu dan haus akan hal tersebut, namun nafsu tidak mendapatkannya, sehingga terkumpul dampak buruk dan berkesinambungan (tidak pernah puas). (c). Zinah (Perhiasan), yaitu berhias dalam hal pakaian, makanan, minuman, kendaraan, rumah, istana, kedudukan, dll. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Maknaya adalah bahwasanya oran gkafir sibuk sepanjang hidupnya untuk mencari perhiasan dunia tanpa beramal untuk akhirat.” (d) Saling berbangga di antara kamu terhadap sifat-sifat yang fana’ (tidak abadi) dan pasti hilang, yaitu boleh jadi berbangga-bangga dengan nasab, kekuasaan, kekuatan, bala tentara yang semuanya itu pasti lenyap. Dan saling berbangga di antra kamu yaitu masing-masing dari penduduk dunia ingin membanggakan atas yang lain dan ingin supaya dia menjadi pemenang dalam semua urusannya dan ingin mendapatkan ketenaran (popularitas) dalam semua keadaannya. (e) Berbangga-bangga tentang harta dan anak, yaitu masing-masing menginginkan dia lebih banyak dari yang lainnya dalam hal harta dan anak. Semua ini hanya terjadi pada diri pecinta dunia dan yang merasa damai dengan dunia. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Mengumpulkan harta dalam kemurkaan Allah dan membanggakan harta terhadap wali-wali Allah serta mengeluarkan harta dalam perkara-perkara yang mendatangkan murka Allah maka dia menjadi kegelapan yang bertumpuk-tumpuk.” Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Apabila kamu melihat orang yang mengalahkanmu dalam perkara dunia, maka kalahkan dia dalam hal akhirat.”
4.      Allah memberikan perumpamaan dunia yaitu seperti hujan yang turun ke bumi sehingga menjadikan bui itu subur yang kemudian menumbuhkan tanaman yang segar, hijau, subur dan sangat menarik lagi indah, yang menyebabkan al-kuffar (petani/orang kafir) merasa kagum terhadapnya karena pandangan (obsesi) mereka hanya terbatas pada dunia. Lalu, tiba-tiba datanglah hukum Allah yang menjadikan semua tanaman itu musnah, kering dan hancur, sehingga seakan -akan tidak pernah ada keindahan dan pemandangan yang menarik sebelumnya. Demikianlah hakikat dunia…. Ketika pemiliknya telah berada di puncak keindahan dan kemewahan dunia, apapun yang diinginkan pasti didapatkannya dan semua pintu terbuka untuknya. Tiba-tiba datanglah keputusan Allah yang menjadikan hilan gsemua ang ada di tangannya dan yang dikuasainya. Lalu kedua tangannya menjadi hampa, tidak memiliki dan tidak membawa sedikitpun dari dunia sebagai puncak cita-citanya yang ia berusaha dan berupaya maksimal untuknya. Demikianlah hakikat dunia…. Mula-mula anak kecil lalu tumbuh menjadi remaja, dewasa sampai kemudian menjadi tua renta. Mula-mula kuat lalu menjadi lemah, bahkan tidak mampu banyak bergerak dan tidak kuasa lagi kecuali sedikit saja. Mula-mula penampilannya indah lalu berubah menjadi buruk, sebagaimana dalam QS. Ar-Rum: 54.  Tatkala perumpaan ini menjadi bukti bahwa dunia pasti akan pergi, hilang dan selesai, maka Allah memperingatkan manusia dari dunia dan memberikan motivasi untuk mengejar apa yang lebih baik dari dunia. Maka Allah berfirman, “…tiadalah di akhirat yang sebentar lagi, pasti datang kecuali dari dua hal yaitu adzab yang keras atau ampunan dan ridha dari Allah…” maksudnya keadaan di akhirat tidak terlepas dari dua perkara ini yakni satu, adzab yang keras di neraka jahannam dengan belenggunya, rantainya dan semua kedahsyatannya bagi orang-orang yang menjadikan dunia sebagai cita-cita dan puncak tujuannya sehingga dia berani berbuat maksiat kepada Allah dan mendustakan ayat-ayat Allah serta kufur atas nikmat-nikmat Allah, kedua, ampunan dari Allah terhadap kesalahan-kesalahannya, dihilangkan semua hukuman dan mendapat keridhaan dari Allah. Dia tinggal di dalam surga yagn penuh dengan keridhaan Allah bagi orang yang mengenal hakikat dunia sehingga dia berupaya maksimal untuk memperoleh akhirat. Semua ini mengajak untuk zuhud terhadap dunia dan bertujuan mencari akhirat. Zuhud adalah meninggalkan semua yang tidak ada manfaatnya di akhirat. Oleh karena itu Allah berfirman, “…tidaklah tertipu oleh duni adan tidak merasa damai dengan deunia kecuali orang-orang yang berakal lemah yang kehidupan dunia menjadikan mereka tertipu... Sa’id bin Jubair radhiyallahu’anhu berkata, “Dunia yang dikatakan sebagai kesenangan yang menipu adalah yang membuatmu lalai dari mencari akhirat. Adapun yang tidak membuatmu lalai maka bukanlah kesenagan yang menipu akan tetapi kesenangan yang menyampaikan kepada apa yang lebih baik daripadanya.” Abu Sofwan Ar-Ro’i rahimahullah ditanya seperti apakah dunia yang dicela oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan sepatutnya dijauhi oleh orang yang berakal, beliau menjawab, “Semua yang kamu dapatkan daripada dunia yang tujuanmu adalah dunia juga, maka itulah yang tercela. Dan semua yang kamu dapatkan dari dunia yang tujuanmu untuk akhirat, maka tidak termasuk di dalamnya.”
5.      Imam Ibnu Katsir membawakan hadist Ibnu Abdullah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam, “Sesungguhnya surga itu lebih dekat kepada seorang dari kamu daripada tali sandalnya sendiri. Dan neraka juga seperti itu.” Di dalam hadist ini terdapat dalil atas dekatnya kebaikan dan keburukan dari manusia. Jika perkaranya seperti itu, maka itulah Allah memotivasi supaya bersegera dalam melakukan kebaikan-kebaikan yaitu mengerjakan ketaatan-ketaatan dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan yang menjadikan dosa-dosa dan ketergelinciran di hapus dan mendapatkan ganjaran dan derajat yang tinggi.
6.      Kemudian Allah memerintahkan supaya kita berlomba-lomba untuk mendapatkan ampunan Allah, keridhaan dan surga Allah. Yaitu dengan berupaya dan berusaha melakukan sebab-sebab yang mendatangkan ampunan Allah. Di antara caranya adalah (a) Taubat Nasuha, (b) Istighfar yang bermanfaat, yakni istighfar yang membuat seseorang meninggalkan maksiat. (c) Menjauhi dosa-d0sa dan tempat-tempat yang bisa menjerumuskan ke dalam dosa, (d) Berlomba-lomba untuk mendapatkan ridha Allah, yakni dengan beramal shalih dan berusaha keras untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mendatangkan ridha Allah secara terus-menerus dengan cara berbuat baik dalam beribadah kepada ALlah dan berbuat baik kepada makhluk dengna segala macam bentuk manfaat. Allah menyebutkan amalan-amalan yang dapat mendatangkan itu semuanya, yaitu iman kepada Allah dan Rasul-Nya yang mencakup masalah yang ushul (pokok/prinsip) dan furu’ (cabang).

1 Comment:

Rahmat ali said...

Baik tafsir ni..bole tau rujukannya dari mana?

 

blogger templates 3 columns | Make Money Online