بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اعْلَمُوا
أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ
وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ
نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي
الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُور
Artinya :
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan
kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada
azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia
ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
F. Tafsir dari Surat Al-Hadid ayat 20
1. Allah subhanahu
wa ta’ala memberitahukan tentang hakikat dunia yang sebenarnya, dan
menjelaskan tentang puncak tertinggi dari kehidupan dunia beserta penghuninya.
Maksud sebenarnya dari ayat ini adalah merendahkan keadaan dunia dan
mengagungkan keadaan akhirat. Yaitu Allah berfirman, “..dunia adalah permainan
dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan..“. Tidak
diragukan lagi bahwa semua ini adalah perkara yang hina. Adapun akhirat maka di
sana ada adzab yang keras yang terus-menerus atau keridhaan Allah yang
selamanya dan tidak diragukan lagi bahwa ini adalah sesuatu yang agung.
2. Ketahuilah
bahwa kehiduapn dunia ada hikmahnya dan ada benarnya (tidak semua tercela),
karena itulah Allah berbicara dengan malaikat tentang hikmah dunia dan manusia
di dunia (lihat QS. Al-Baqarah: 30-32). Jika sekiranya dunia tidak ada
hikmahnya dan tidak ada benarnya maka tidak mungkin Allah berfirman seperti
itu. Hal ini dikarenakan kehidupan juga merupakan ciptaan Allah sebagaimana
dalam QS. Al-Mulk: 2 dan Allah tidak mungkin menciptakan sesuatu yang
sia-sia sebagaimana dalam QS. Al-Mukminun: 115. Kehidupan ini adalah
suatu nikmat bahkan dia merupakan inti dari semua nikmat sebagaimana dalam QS.
Al-Baqarah: 25. Semua yang telah disebutkan di atas adalah menjadi dalil
bahwa kehidupan dunia ini tidak semuanya tercela, artinya, jika orang
hanya mengarahkan kehidupan dunia ini tidak menuju ketaatan kepada Allah bahkan
taat kepada setan dan mengikuti hawa nafsu, maka itulah yang tercela.
3. Dunia mempunyai
5 (lima) sifat, yaitu: (a). Laibun (Permainan), yaitu permainan badan
dan ini adalah perbuatan akan-anak yang mereka itu menjadikan diri mereka
sangat capek dan payah kemudian setelah permainan tersebut selesai tidak ada
fiadah yang didapatkan. (b). Lahwun (Sesuatu yang melalaikan/senda gurau),
yaitu yang membuat hati lalai dan ini adalah perbuatan orang tua yang
kebanyakan setelah perbuatan yang melalaikan itu selesai, maka tidak tersisa
kecuali penyesalan, yang demikian itu dikarenakan orang yang berakal setelah
melakukan perbuatan yang melalaikan dia melihat bahwa hartanya hilang, umurnya
berkurang (pergi) dan kelezatannya habis, sementara nafsu/jiwa semakin rindu
dan haus akan hal tersebut, namun nafsu tidak mendapatkannya, sehingga
terkumpul dampak buruk dan berkesinambungan (tidak pernah puas). (c).
Zinah (Perhiasan), yaitu berhias dalam hal pakaian, makanan, minuman,
kendaraan, rumah, istana, kedudukan, dll. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
berkata, “Maknaya adalah bahwasanya oran gkafir sibuk sepanjang hidupnya untuk
mencari perhiasan dunia tanpa beramal untuk akhirat.” (d) Saling berbangga
di antara kamu terhadap sifat-sifat yang fana’ (tidak abadi) dan pasti
hilang, yaitu boleh jadi berbangga-bangga dengan nasab, kekuasaan, kekuatan,
bala tentara yang semuanya itu pasti lenyap. Dan saling berbangga di antra kamu
yaitu masing-masing dari penduduk dunia ingin membanggakan atas yang lain dan
ingin supaya dia menjadi pemenang dalam semua urusannya dan ingin mendapatkan
ketenaran (popularitas) dalam semua keadaannya. (e) Berbangga-bangga tentang
harta dan anak, yaitu masing-masing menginginkan dia lebih banyak dari yang
lainnya dalam hal harta dan anak. Semua ini hanya terjadi pada diri pecinta
dunia dan yang merasa damai dengan dunia. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
berkata, “Mengumpulkan harta dalam kemurkaan Allah dan membanggakan
harta terhadap wali-wali Allah serta mengeluarkan harta dalam perkara-perkara
yang mendatangkan murka Allah maka dia menjadi kegelapan yang
bertumpuk-tumpuk.” Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Apabila
kamu melihat orang yang mengalahkanmu dalam perkara dunia, maka kalahkan dia
dalam hal akhirat.”
4. Allah
memberikan perumpamaan dunia yaitu seperti hujan yang turun ke bumi sehingga
menjadikan bui itu subur yang kemudian menumbuhkan tanaman yang segar, hijau,
subur dan sangat menarik lagi indah, yang menyebabkan al-kuffar
(petani/orang kafir) merasa kagum terhadapnya karena pandangan (obsesi) mereka
hanya terbatas pada dunia. Lalu, tiba-tiba datanglah hukum Allah yang
menjadikan semua tanaman itu musnah, kering dan hancur, sehingga seakan -akan
tidak pernah ada keindahan dan pemandangan yang menarik sebelumnya. Demikianlah
hakikat dunia…. Ketika pemiliknya telah berada di puncak keindahan dan
kemewahan dunia, apapun yang diinginkan pasti didapatkannya dan semua pintu
terbuka untuknya. Tiba-tiba datanglah keputusan Allah yang menjadikan hilan
gsemua ang ada di tangannya dan yang dikuasainya. Lalu kedua tangannya menjadi
hampa, tidak memiliki dan tidak membawa sedikitpun dari dunia sebagai puncak
cita-citanya yang ia berusaha dan berupaya maksimal untuknya. Demikianlah
hakikat dunia…. Mula-mula anak kecil lalu tumbuh menjadi remaja, dewasa sampai
kemudian menjadi tua renta. Mula-mula kuat lalu menjadi lemah, bahkan tidak mampu
banyak bergerak dan tidak kuasa lagi kecuali sedikit saja. Mula-mula
penampilannya indah lalu berubah menjadi buruk, sebagaimana dalam QS.
Ar-Rum: 54. Tatkala perumpaan ini menjadi bukti bahwa dunia pasti
akan pergi, hilang dan selesai, maka Allah memperingatkan manusia dari dunia
dan memberikan motivasi untuk mengejar apa yang lebih baik dari dunia. Maka
Allah berfirman, “…tiadalah di akhirat yang sebentar lagi, pasti datang
kecuali dari dua hal yaitu adzab yang keras atau ampunan dan ridha dari Allah…”
maksudnya keadaan di akhirat tidak terlepas dari dua perkara ini yakni satu,
adzab yang keras di neraka jahannam dengan belenggunya, rantainya dan semua
kedahsyatannya bagi orang-orang yang menjadikan dunia sebagai cita-cita dan
puncak tujuannya sehingga dia berani berbuat maksiat kepada Allah dan
mendustakan ayat-ayat Allah serta kufur atas nikmat-nikmat Allah, kedua,
ampunan dari Allah terhadap kesalahan-kesalahannya, dihilangkan semua hukuman
dan mendapat keridhaan dari Allah. Dia tinggal di dalam surga yagn penuh dengan
keridhaan Allah bagi orang yang mengenal hakikat dunia sehingga dia berupaya
maksimal untuk memperoleh akhirat. Semua ini mengajak untuk zuhud terhadap
dunia dan bertujuan mencari akhirat. Zuhud adalah meninggalkan semua yang tidak
ada manfaatnya di akhirat. Oleh karena itu Allah berfirman, “…tidaklah
tertipu oleh duni adan tidak merasa damai dengan deunia kecuali orang-orang
yang berakal lemah yang kehidupan dunia menjadikan mereka tertipu...“
Sa’id bin Jubair radhiyallahu’anhu berkata, “Dunia yang dikatakan
sebagai kesenangan yang menipu adalah yang membuatmu lalai dari mencari
akhirat. Adapun yang tidak membuatmu lalai maka bukanlah kesenagan yang menipu
akan tetapi kesenangan yang menyampaikan kepada apa yang lebih baik daripadanya.”
Abu Sofwan Ar-Ro’i rahimahullah ditanya seperti apakah dunia yang
dicela oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan sepatutnya dijauhi oleh orang yang
berakal, beliau menjawab, “Semua yang kamu dapatkan daripada dunia yang
tujuanmu adalah dunia juga, maka itulah yang tercela. Dan semua yang kamu
dapatkan dari dunia yang tujuanmu untuk akhirat, maka tidak termasuk di
dalamnya.”
5. Imam Ibnu
Katsir membawakan hadist Ibnu Abdullah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
‘ala alihi wa sallam, “Sesungguhnya surga itu lebih dekat kepada seorang
dari kamu daripada tali sandalnya sendiri. Dan neraka juga seperti itu.”
Di dalam hadist ini terdapat dalil atas dekatnya kebaikan dan keburukan dari
manusia. Jika perkaranya seperti itu, maka itulah Allah memotivasi supaya
bersegera dalam melakukan kebaikan-kebaikan yaitu mengerjakan ketaatan-ketaatan
dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan yang menjadikan dosa-dosa dan
ketergelinciran di hapus dan mendapatkan ganjaran dan derajat yang tinggi.
6. Kemudian
Allah memerintahkan supaya kita berlomba-lomba untuk mendapatkan ampunan Allah,
keridhaan dan surga Allah. Yaitu dengan berupaya dan berusaha melakukan
sebab-sebab yang mendatangkan ampunan Allah. Di antara caranya adalah (a)
Taubat Nasuha, (b) Istighfar yang bermanfaat, yakni istighfar yang membuat
seseorang meninggalkan maksiat. (c) Menjauhi dosa-d0sa dan tempat-tempat
yang bisa menjerumuskan ke dalam dosa, (d) Berlomba-lomba untuk mendapatkan
ridha Allah, yakni dengan beramal shalih dan berusaha keras untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang mendatangkan ridha Allah secara terus-menerus dengan
cara berbuat baik dalam beribadah kepada ALlah dan berbuat baik kepada makhluk
dengna segala macam bentuk manfaat. Allah menyebutkan amalan-amalan yang dapat
mendatangkan itu semuanya, yaitu iman kepada Allah dan Rasul-Nya yang mencakup
masalah yang ushul (pokok/prinsip) dan furu’ (cabang).
1 Comment:
Baik tafsir ni..bole tau rujukannya dari mana?
Post a Comment